Kamis, 15 Januari 2015

Sialang ku sayang Sialang ku malang

“Kemana lagi saya harus mengadu bu?” tanya pak Ramli, sore menjelang magrib kami berbincang diruangan kerja yang telah sepi.

Aku mendengarkan bapak tua yang sedang mencurahkan isi hatinya dengan mata berkaca-kaca itu dengan hati sedih.

Pak Ramli adalah seorang petani madu hutan yang sangat mencintai pohon Sialang.

Pak Ramli menangis karena karena beberapa hari yang lalu calon pohon Sialangnya tiba-tiba hilang.

Hilang? Ya hilang dicuri pembalak liar dijual kepada cukong kayu.

Kenapa pak Ramli begitu sedih hanya karena hilangnya sebatang pohon?

Kenapa dia sampai menangis seperti seorang jejaka yang kehilangan gadisnya.

Kesedihan hati pak Ramli bukan hanya karena mata pencahariannya bersumber dari pohon Sialang, tapi lebih dari sekedar itu.

Kesedihan hatinya karena pembalakan liar masih saja terjadi, konversi hutan menjadi kebun sawit membuat pohon Sialang menjadi terancam.

Pak Ramli cemas dimasa depan anak cucunya hanya akan mengenal Sawit, Karet, Akasia atau tanaman industri lainnya.

Pak Ramli sipetani madu sebenarnya mengenal para pembalak liar didesanya, namun apalah daya seorang petani?.

Para pelaku pembalak liar menuduh pak Ramli mencemaskan pohon Sialang hanya karena beliau butuh madu yang bertenger dipohon tersebut.

“saya sekarang sedang berternak bebek bu, saya juga jualan telur bebek...saya mau buktikan kalau saya tidak hanya sekedar jualan madu..pohon Sialang buat saya bukan hanya sekedar penghasil madu...lebih dari itu bu” panjang lebar pak Ramli menjelaskan betapa dirinya ingin membuktikan pentingnya arti pohon Sialang baginya.

Aku mengenal pak Ramli setahun yang lalu dan sangat yakin beliau sangat mencintai pohon Sialang.

Pak Ramli selalu berusaha membawa bibit untuk ditanam pada saat melakukan pemanenan madu, beliau berharap bibit tersebut tumbuh besar dan bisa menjadi pohon Sialang.

Pohon Sialang bukanlah pohon yang bernama Sialang, Pohon Sialang adalah pohon besar yang dihinggapi lebah, bersarang dan kemudian menghasilkan madu.

Pohon sialang bisa pohon rengas (Gluta renghas) merbau (Intsia bijuga), kayu batu (Homalium sp) atau jenis pohon lainnya.

Tidak semua pohon besar bisa menjadi pohon Sialang, namun hanya pohon-pohon pilihan lebah saja yang bisa menjadi pohon Sialang.

Menurut Pak Ramli yang mengincar madu pada pohon Sialang bukan hanya para petani madu, namun ada beruang (Helarctos malayanus) Sikep madu (Pernis ptilorhynchus) atau sejenis burung elang namun bukan satwa tersebut yang ditakuti pak Ramli.

Untuk mengatasi Sikep Madu/Elang (Pernis ptilorhynchus) pak ramli bisa menaruh kantung plastik bening berisi air pada cabang-cabang pohon yang terdapat madu.

Kantung plastik berisi air tersebut apabila terkena sinar matahari maka akan menyilaukan mata Sikep madu/Elang.

Beruang bisa diatasi dengan membalut batang pohon Sialang dengan lembaran Seng sehingga beruang tidak bisa memanjat dan mengambil madu.

Namun yang tidak dapat diatasi para petani madu hutan seperti Pak Ramli adalah para BerUang pemilik modal yang merubah hutan menjadi kebun Sawit, Kebun Karet atau HTI.

Para BerUang cukong kayu yang menyuap para petugas patroli sehingga batang-batang kayu Sialang bisa lewat bebas menuju pembeli kayu curian.

Pak Ramli mencintai Pohon Sialang bukan hanya karena ada madu disana, beliau mengerti bahwa akar pohon menyerap air hujan ke tanah sehingga tidak mengalir sia-sia. Kemudian mengikat air di pori tanah dan menjadikan sebagai cadangan air di musim kemarau, sehingga ketersediaan air tanah secara berkesinambungan tetap terjaga, sungai dan danau tetap besar, tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan.

Pak Ramli telah lama mengadukan pencurian kayu dihutan sekitar desanya, beliau telah mengadukan pada pihak-pihak terkait yang berwajib.

Patroli memang dilakukan namun jika patroli sedang berlangsung maka para pencuri kayu tidak beraksi, saat patroli dihentikan pencuri kayu kembali beraksi

Kesedihan pak Ramli juga dikarenakan telah lunturnya kearifan lokal dimasyarakat, dahulu kala pohon Sialang dilindungi dan akan ada sanksi jika ditebang.

Ninik Mamak (tokoh masyarakat) pada zaman dahulu sangat berkomitmen menegakkan kearifan lokal tersebut. Saat ini masyarakat seakan tidak peduli lagi dengan kearifan lokal itu, hal ini dibuktikan dengan terjadinya pencurian kayu namun tidak ada tindakan dari ninik mamak yang menjatuhkan sanksi pada pelaku pembalakan.

Seandainya saja ninik mamak dan masyarakat tetap melaksanakan kearifan lokal tersebut, bersama-sama menjaga hutan yang tersisa maka para pencuri kayu tidak akan leluasa menjalankan aksinya.

Pak Ramli tak kuasa melawan para BerUang, aku pun tak kuasa dan hanya bisa mendengarkan kisahnya kemudian berdoa semoga Yang Maha Kuasa menjaga si Pohon Sialang. Amin...