Selasa, 18 Februari 2014

Madu > Lebah > Petani > Beruang dan "Beruang"

Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga. Madu di Indonesia pada umum dihasilkan oleh koloni lebah madu dari keluarga serangga apinae (true honeybee) yang hidup secara alami di hutan tropis maupun sudah dibudidayakan. Selain itu madu juga dihasilkan oleh jenis lebah tidak bersengat (stinglessbee) yaitu dari keluarga serangga melliponinae yang biasa disebut sebagi trigona.


Madu yang berasal dari hutan tropis diproduksi dari lebah hutan jenis apis dorsata, potensi hutan dengan berbagai jenis tanaman hutan alam dan juga hutan tanaman industri merupakan sumber pakan lebah yang sangat berlimpah untuk perkembangbiakan koloni lebah.


Madu Sialang adalah madu yang berasal dari kelompok lebah yang hidup dan bersarang di pohon-pohon dalam hutan. Pohon-pohon tempat lebah bersarang tersebut biasa disebut dengan pohon Sialang. Sedangkan kawasan pohon-pohon tempat lebah bersarang tersebut dikenal dengan sebutan kepungan Sialang. Beberapa jenis pohon yang biasa yang dihinggapi lebah antara lain Kruing (Dipterocarpus appeadiculatus dipterocarpaceae), Kempas (Kompassia beccariana), Rengas (Gluta renghas), Kayu Ara (Ficus gibbosa), dan Cempedak Air (Arthocarpus integra).
Sialang adalah jenis pohon yang besar dan tinggi batangnya, garis tengah batang pohonnya bisa mencapai 100 cm atau lebih, dan tinggi nya bisa mencapai 25 sampa 30 meter. Lebah-lebah membangun sarang-sarangnya di dahan pohon dan ketiak pohon. Satu pohon sialang bisa berisi sampai 50 sarang bahkan lebih, dimana tiap sarang bisa berisi 10 kilogram madu asli alamiah, bahkan mampu memproduksi ratusan kilogram madu lebah pohon sialang. Pohon Sialang adalah pohon yang terdiri dari jenis Kruing, Kempas, Rengas, Kayu Ara, dan Cempedak Air dan lain-lain yang apabila di sarangi oleh lebah hutan (Avis dorsata) maka masyarakat di Sumatera khususnya di Riau akan menamakannya Pohon Sialang. Pohon sialang banyak terdapat keberadaannya dalam wilayah 3 kabupaten : Kabupaten Pelalawan, Kuantan Singingi dan Kampar, Provinsi Riau. Keberadaan pohon-pohon sialang adalah aset sumber daya alam untuk masyarakat lokal yang hidup di wilayah Sumatera. Sebutan untuk sialang sendiri itu berasal dari Sumatera.

PEMANENAN MADU SIALANG BERSAMA KOPMAS

Ternak Madu Alam Sialang Madu Sialang memang menjadi produksi khas hutan Riau. Kini, warga mampu meningkatkan produksi madu sialang yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga. Jika peternak madu memiliki sarang lebah buatan dengan asupan gula cair sebagai sumber bahan baku madu, berbeda dengan petani madu di Desa Sungai Pagar yang tergabung dalam Koperasi Madu Sialang (Kopmas) Kampar Kiri Hilir. Koperasi beranggotakan 35 orang ini justru beternak madu alam di pohon sialang yang masih tersisa.
Ketua Kopmas, Ramli Abdullah) mengatakan bahwa terjadi penurunan kuantitas pohon sialang sebagai tempat bersarangnya lebah madu. Menyiasati itu, pak Tangguk bersama seluruh anggota Kopmas menerapkan sistem pemanenan dan hutan kepungan. Tujuannya untuk melestarikan pohon sialang dan meningkatkan produksi dengan meningkatkan masa panen madu. Setiap Pak Tangguk berserta kelompok dalam memanen madu sialang selalu membawa bibit untuk di tanam tujuannya bibit ini sendiri adalah untuk menjaga kelestarian dan menigkatkan pakan lebah itu sendiri.
"Kami menerapkan sistem panen sisa. Maksudnya adalah jika memanen madu, sarang lebah tidak di potong semua, melainkan disisakan sepanjang 10 centimeter dari pohon. Agar lebah bisa kembali membangun sarangnya. Untuk mencukupi asupan makanan sebagai sumber bahan baku madu, kami melakukan penanaman pohon di sekitar pohon akasia dengan jaran hingga 50 meter sebagai hutan kepungan. Pohon-pohon buah yang ditanam dimaksudkan untuk segera berbunga dan menjadi tempat lebah mengambil nektar bunga yang merupakan bahan baku madu," terang pak Tangguk.
Setelah menerapkan kedua kebijakan itu, jika sebelumnya pemanenan hanya bisa dilakukan 2 kali dalam setahun, dengan pemanenan bersistem sisa, panen madu bisa dilakukab 33 hari sekali atau 10 kali dalam setahun.
Menurutnya, penerapan dengan 2 sistem tersebut mampu meningkatkan jumlah produksi madu. Jika sebelumnya hanya sekitar 90 kilogram dalam setahun, kini anggota Kopmas Kampar Kiri Hilir yang mencaku Sungai Pagar, Mentulik hingga Desa Rantau Kasih, Gading Permai, Sungai Bungo hingga ke Mentulik mampu memanen madu hingga 3,5 ton pertahunnya. Dan dalam 1 bulan bisa memanen 670 kilogram.
"Hasil produksi madu sialang kami dipasarkan hingga ke daerah lain seperti Tanjung Pinang, Bandung hingga ke Bali termasuk ke Pekanbaru dan Malaysia. Kita masih berharap akan menerima bantuan pemerintah untuk mendapatkan tambahan modal usaha yang akan kita gunakan untuk mengembangkan usaha Kopmas Kampar Kiri Hilir.
Disinggung mengenai kuantitas pohon sialang, Pak Tangguk mengatakan bahwa jika sebelumnya, jumlah pohon sialang milik anggota koperasinya itu mencapai 60-70 batang. Kini pohon sialang yang ada hanya tersisa 30 batang saja.
Menurutnya, hilangnya pohon-pohon sumber penghasilan warga anggota Kopmas Kampar Kiri Hilir ini disebabkan karena terjadinya konversi lahan dari hutan menjadi perkebunan sawit. Konversi lahan ini menyebabkan sedikitnya 25 pohon sialang yang hilang karena di tumbang untuk dijadikan kebun sawit.

PERMASALAHAN YANG SERING DI HADAPI OLEH KOPMAS
Permasalahan dalam bidang kelembagaan yaitu :
1. Kurangnya perhatian Pemerintah terhadap pohon sialang.
2. Kurangnya perhatian Masyarakat sekitar terhadap keberadaan pohon sialang.
3. Kurangnya kepercayaan masyarakat pada pimpinan (ninik mamak).

Permasalahan dalam memperoleh madu sialang yaitu :
1.Burung Elang
Untuk menghindari burung elang dapat dilakukan dengan menggunakan botol air kecil atau plastik yang diisi air yang digantungkan di pucuk pohon sialang terutama dekat sarang madu hutan. Upaya ini dimaksudkan agar elang tidak dapat hinggap didahan tersebut dan mengambil hutan madu Hutan Karena Efek Pantulan Cahaya sinar Bahasa dari botol udara.
2.Beruang
Untuk menhindari beruang dapat dilakukan dengan menempelkan seng di sekeliling pangkal pohon sialang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar beruang madu kesulitan memanjat pohon sialang.


Permasalah ketika Asap Kebakaran Cemari kualitas madu. Apabila terjadi kebakaran di sekitar hutan maka kualitas madu yang dihasilkan akan turun mutu madunya, kualitas madu sendiri sangat tergantung dengan lingkungan sekitar, dan sangat sensitif.


TEKNIK PENGOLAHAN

Proses pengambilan madu lebah sialang merupakan sebuah proses yang khas dan unik. Pengambilan madu dilakukan oleh sekelompok orang yang terdiri dari juragan tua, juragan muda, tukang sambut dan beberapa pembantu biasanya dilakukan pada siang hari. Sarang lebah yang menyimpan madu dipanen oleh juragan muda yang menjadi pemanjat dan kemudian di turunkan ke tukang sambut. Dibawah sarang tersebut ditiris kemudian diperas untuk diambil madunya. Madu dari pohon memiliki kandungan air yang relatif tinggi sekitar 23% - 29%. Kandungan ini dapat menyebabkan proses fermentasi/peragian pada madu sehingga madu cepat mengalami keasaman, yang berarti madu akan mengalami penurunan kualitas. Untuk mempertahankan kualitas madu sialang, saat ini KOPMAS mendapat bantuan dari DISHUT Kab.
Kampar Mesin yang telah dikembangkan mesin ini disebut Adri’s Honey Drier Modification (AHDM) yang mampu menurunkan kadar air madu hingga 17%, dimana pada kadar ini proses peragian dapat dihindari dan madu dapat disimpan lebih lama dalam waktu mencapai 2 – 3 Tahun.
Adapun langkah-langkah cara menurunkan kadar air dalam madu tersebut.
1.Madu yang telah di panen dari hutan, sampai ketempat pengolahannya, kemudian di sharing memakai sharingan yang alummunium atau stainlees yang tidak berkarat.
2.Sharingan tersebut di tutupi dengan kain jarang tujuannya supaya bulu-bulu tidak masuk.
3.Tuangkan Madu pelan-pelan kedalam sharingan.
4.Kemudian, masukkan madu yang udah di sharing kedalam dirigen, untuk di tuangkan ke dalam nampan.
5.Isi nampan tersebut dengan madu, setengah dari nampan. Dengan 10 nampan.
6.Dan masukkan nampan yang berisi madu tersebut kedalam mesin AHDM. Tunggu 10 jam
7.Setelah itu masukkan lagi ke dalam dirigen.
8.Dan kemudian dimasukkan dalam botol, lalu di kemas.


PEMASARAN MADU PRODUKSI KOPMAS MADU SIALANG

Kopmas Madu sialang memasarkan produknya ke seluruh Indonesia serta keluar negeri yaitu Malaysia dan Singapura, dan telah menjalin kerjasama melalui Asosiasi Petani Madu Hutan Tesso Nilo (APMHTN) dengan TLH Product Industries Sdn Bhd sejak tahun 2010, dengan kuota pemasaran sebesar 1 ton perbulan.


*Tulisan diatas disusun dari berbagai sumber, hasil kunjungan kelapangan dan wawancara kelompok masyarakat petani madu. Disusun oleh siswi SMK Kehutanan Pekanbaru bernama
Anita Triyana yang baru saja menyelesaikan magang dikantor dimana siempunya blog bekerja.

Foto-foto diatas juga merupakan hasil bidikan si adik kelas yang manis semanis madu sialang ha.ha.ha...

Tulisan diatas saya up load sebagai dukungan kelestarian pohon-pohon sialang yang merupakan rumah para lebah dan sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan.

Ancaman terbesar bagi petani saat ini bukan Beruang tapi para "Ber uang" yang mengkonversi Hutan/lahan menjadi kebun sawit.

Saat ini kelompok masyarakat petani madu hutan pohon sialang, kami arahkan untuk mengajukan permohonan agar kawasan hutan yang statusnya belum diberikan izin pengelolaan agar diusulkan menjadi Hutan Kemasyarakatan. Hutan Kemasyarakatan akan menjadi peluang bagi petani madu sialang untuk mengelola hutan dan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu yang ada dihutan tersebut, sekaligus menjaga kelestarian pohon-pohon sialang. Hal ini bisa terwujud apabila didukung semua pihak baik itu kelompok masyarakat, ninik mamak (tokoh masyarakat setempat), Instansi terkait, Pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat.


Semoga kelestarian pohon-pohon sialang terus terjaga....demikian harapan saya dari bawah pohon kelapa :-)

1 komentar:

  1. Halo Bu Hotma, salam dari Dianita, peternak lebah Apis mellifera, pengurus API :). Terima kasih untuk artikel yang bermanfaat ini. Mohon bisa sedikit dikoreksi tulisan Ibu tentang lebah ternak atau nama ilmiahnya Apis mellifera, agar tidak menjadi salah persepsi di kalangan masyarakat awam.

    Di tulisan Ibu ditulis : "...Jika peternak madu memiliki sarang lebah buatan dengan asupan gula cair sebagai sumber bahan baku madu,..."

    Sesungguhnya sarang lebah Apis mellifera berbahan dasar lilin lebah juga, bukan lilin buatan. Dan asupan gula cair hanya diberikan pada saat musim paceklik madu/musim hujan, untuk menjaga kelangsungan hidup koloni, dan tidak diambil madunya untuk dipanen.

    Meskipun tidak dipungkiri, ada saja peternak lebah Apis mellifera yang melakukan kecurangan, sama halnya dengan pengumpul madu Apis dorsata yang menambahkan larutan gula di dalam jerigen sebelum madu diperas ke dalamnya agar volume menjadi lebih banyak, tetapi masih banyak peternak lebah madu Apis mellifera yang bekerja dengan jujur menghasilkan madu berkualitas dan harus kita apresiasi.

    Mari kita bersama memberi edukasi yang baik kepada masyarakat, agar segala keanekaragaman hayati Indonesia terjaga dengan baik.

    Apis mellifera adalah salah satu spesies lebah yang penting bagi industri madu Indonesia, selain Apis dorsata. Meskipun bukan lebah lokal asli Indonesia, tetapi spesies ini telah berhasil dibudidayakan lebih dari 40 tahun dan membantu masyarakat pedesaan di pulau Jawa untuk memperbaiki taraf hidupnya.

    Terima kasih atas perhatian Bu Hotma. Sukses selalu perlebahan di Indonesia :)

    BalasHapus