Rabu, 11 Mei 2016

Lilin lebah dihasilkan dari delapan kelenjar lilin lebah pekerja, di bagian dalam sternum dari setiap segmen tubuh ke 4 sampai 7 abdomen. Ukuran dari kelenjar ini tergantung pada usia dari lebah pekerja, dan akan menjadi tidak berfungsi (atrofi) ketika lebah sudah tua. Warna lilin lebah berwarna putih setelah dikeluarkan dari kelenjar, namun perlahan menjadi kuning, bahkan kecoklatan, karena campuran polen dan propolis lebah. Lilin lebah dihasilkan secara berlapis, dan dibutuhkan sekitar 1100 lapisan untuk menghasilkan satu gram lilin lebah.

Diperkirakan lebah mengorbankan produksi madu untuk menghasilkan lilin lebah. Jumlah madu yang dihasilkan juga diperkirakan linier dengan produksi lilin lebah. Berdasarkan eksperimen Whitcomb tahun 1946, setiap 6.66 sampai 8.8 pound madu dihasilkan 1 pound lilin lebah. Penelitian Les Crowder pada pembandingan metode penggunaan ulang wadah berisi sarang lebah utuh dan wadah kosong untuk ditempati lebah madu, mendapatkan angka 24-30 pounds lilin lebah per 1 pound madu. Sumber lain menyatakan lebah menghasilkan hingga 22 pound madu per satu pound lilin lebah. Variasi nilai ini amat bergantung pada tahap perkembangan koloni, karena tidak semua ruang dalam sarang lebah digunakan untuk menghasilkan madu, namun juga untuk menyimpan larva lebah dan zat lainnya.


Pomade adalah produk styling yang digunakan untuk rambut. Pomade merupakan salah satu minyak rambut yang popularitasnya melejit kembali khususnya di kalangan anak muda. Minyak rambut pomade ini, sejatinya merupakan hasil produksi dari USA. Pomade berbahan dasar minyak kelapa, beeswax atau lilin lebah dan parfum atau fragrance.

Pomade dapat membuat rambut menjadi terlihat rapi, klimis dan mengkilap. Bentuk pomade berbentuk padat keras hampir sama dengan wax. Pomade mulai dikenalkan dan dipromosikan pada awal tahun 1990-an.

Silent Mountain merupakan Pomade hasil kerjasama anak muda yang berprofesi sebagai pembuat pomade di Jawa Barat dan pemasok ke banyak Barbershop di seluruh Indonesia.

Lilin lebahnya berasal dari sarang lebah hutan (Apis dorsata) hasil panen petani madu hutan Desa Gunung Sahilan, pomade ini kemudian dikemas oleh petani dan dapat dibeli di Koperasi DAS Lestari, Jalan Bakti No.28 A, Arengka, Pekanbaru dengan harga hanya Rp.40.000 dengan aroma maskulin yang segar. kunjungi juga Facebook kami di : Jual Madu Hutan Riau (apis dorsata)
Madu hutan murni panen lestari, pemisahan sarang dan madu dengan cara pengirisan dan tidak diperas sehingga kemurnian madu terjaga dan tidak ada lebah yang terperas ataupun sampah remahan sarang.

Kualitas madu hutan terjaga hingga ketangan pembeli

Panen dan pengemasan dilakukan Kelompok tani madu hutan Sailan yang telah mendapatkan kepercayaan 2000 botol/bulan pembeli dari brand terkenal asal Sweden.

Banyak yang mengaku madu hutan tiris meskipun tidak diketahui siapa pengawas panennya.
Foto-foto kami tandai dan melarang keras mengunakan foto.

Pembelian madu dikota Pekanbaru bisa ke Koperasi DAS Lestari Jl.Bakti No.28 A.
Pembelian online d Facebook Jual Madu Hutan Riau (apis dorsata)

Jangan salah pilih madu, pilih madu yang jelas sumbernya, jelas pemanennya dan jelas penjualnya, bijak dalam memilih smile emoticon
Sangat berhati-hatilah dalam membeli madu, banyak yang menggunakan dokumentasi panen madu hutan petani Kampar meskipun kenyataannya madu tidak berasal dari mereka!

Kamis, 21 April 2016

Teh Asam Gelugur


Gula Aren Desa Kaiti, Rokan Hulu



Pak Yamin merupakan petani yang masih mempertahankan pohon Aren (Arenga Pinnata) ditengah kepungan tanaman Sawit di Kab. Rokan Hulu.
Pembuatan gula aren dilakukan dengan cara tradisonal namun terjaga kemurniannya.

Gula Aren dari petani ini tersedia di Koperasi DAS Lestari, Jalan Bakti, No.28 A (Gedung Kantor Depan Warung Jowo, nasi pecel/rawon bakti) Pekanbaru, Prov. Riau.


Kamis, 15 Januari 2015

Sialang ku sayang Sialang ku malang

“Kemana lagi saya harus mengadu bu?” tanya pak Ramli, sore menjelang magrib kami berbincang diruangan kerja yang telah sepi.

Aku mendengarkan bapak tua yang sedang mencurahkan isi hatinya dengan mata berkaca-kaca itu dengan hati sedih.

Pak Ramli adalah seorang petani madu hutan yang sangat mencintai pohon Sialang.

Pak Ramli menangis karena karena beberapa hari yang lalu calon pohon Sialangnya tiba-tiba hilang.

Hilang? Ya hilang dicuri pembalak liar dijual kepada cukong kayu.

Kenapa pak Ramli begitu sedih hanya karena hilangnya sebatang pohon?

Kenapa dia sampai menangis seperti seorang jejaka yang kehilangan gadisnya.

Kesedihan hati pak Ramli bukan hanya karena mata pencahariannya bersumber dari pohon Sialang, tapi lebih dari sekedar itu.

Kesedihan hatinya karena pembalakan liar masih saja terjadi, konversi hutan menjadi kebun sawit membuat pohon Sialang menjadi terancam.

Pak Ramli cemas dimasa depan anak cucunya hanya akan mengenal Sawit, Karet, Akasia atau tanaman industri lainnya.

Pak Ramli sipetani madu sebenarnya mengenal para pembalak liar didesanya, namun apalah daya seorang petani?.

Para pelaku pembalak liar menuduh pak Ramli mencemaskan pohon Sialang hanya karena beliau butuh madu yang bertenger dipohon tersebut.

“saya sekarang sedang berternak bebek bu, saya juga jualan telur bebek...saya mau buktikan kalau saya tidak hanya sekedar jualan madu..pohon Sialang buat saya bukan hanya sekedar penghasil madu...lebih dari itu bu” panjang lebar pak Ramli menjelaskan betapa dirinya ingin membuktikan pentingnya arti pohon Sialang baginya.

Aku mengenal pak Ramli setahun yang lalu dan sangat yakin beliau sangat mencintai pohon Sialang.

Pak Ramli selalu berusaha membawa bibit untuk ditanam pada saat melakukan pemanenan madu, beliau berharap bibit tersebut tumbuh besar dan bisa menjadi pohon Sialang.

Pohon Sialang bukanlah pohon yang bernama Sialang, Pohon Sialang adalah pohon besar yang dihinggapi lebah, bersarang dan kemudian menghasilkan madu.

Pohon sialang bisa pohon rengas (Gluta renghas) merbau (Intsia bijuga), kayu batu (Homalium sp) atau jenis pohon lainnya.

Tidak semua pohon besar bisa menjadi pohon Sialang, namun hanya pohon-pohon pilihan lebah saja yang bisa menjadi pohon Sialang.

Menurut Pak Ramli yang mengincar madu pada pohon Sialang bukan hanya para petani madu, namun ada beruang (Helarctos malayanus) Sikep madu (Pernis ptilorhynchus) atau sejenis burung elang namun bukan satwa tersebut yang ditakuti pak Ramli.

Untuk mengatasi Sikep Madu/Elang (Pernis ptilorhynchus) pak ramli bisa menaruh kantung plastik bening berisi air pada cabang-cabang pohon yang terdapat madu.

Kantung plastik berisi air tersebut apabila terkena sinar matahari maka akan menyilaukan mata Sikep madu/Elang.

Beruang bisa diatasi dengan membalut batang pohon Sialang dengan lembaran Seng sehingga beruang tidak bisa memanjat dan mengambil madu.

Namun yang tidak dapat diatasi para petani madu hutan seperti Pak Ramli adalah para BerUang pemilik modal yang merubah hutan menjadi kebun Sawit, Kebun Karet atau HTI.

Para BerUang cukong kayu yang menyuap para petugas patroli sehingga batang-batang kayu Sialang bisa lewat bebas menuju pembeli kayu curian.

Pak Ramli mencintai Pohon Sialang bukan hanya karena ada madu disana, beliau mengerti bahwa akar pohon menyerap air hujan ke tanah sehingga tidak mengalir sia-sia. Kemudian mengikat air di pori tanah dan menjadikan sebagai cadangan air di musim kemarau, sehingga ketersediaan air tanah secara berkesinambungan tetap terjaga, sungai dan danau tetap besar, tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan.

Pak Ramli telah lama mengadukan pencurian kayu dihutan sekitar desanya, beliau telah mengadukan pada pihak-pihak terkait yang berwajib.

Patroli memang dilakukan namun jika patroli sedang berlangsung maka para pencuri kayu tidak beraksi, saat patroli dihentikan pencuri kayu kembali beraksi

Kesedihan pak Ramli juga dikarenakan telah lunturnya kearifan lokal dimasyarakat, dahulu kala pohon Sialang dilindungi dan akan ada sanksi jika ditebang.

Ninik Mamak (tokoh masyarakat) pada zaman dahulu sangat berkomitmen menegakkan kearifan lokal tersebut. Saat ini masyarakat seakan tidak peduli lagi dengan kearifan lokal itu, hal ini dibuktikan dengan terjadinya pencurian kayu namun tidak ada tindakan dari ninik mamak yang menjatuhkan sanksi pada pelaku pembalakan.

Seandainya saja ninik mamak dan masyarakat tetap melaksanakan kearifan lokal tersebut, bersama-sama menjaga hutan yang tersisa maka para pencuri kayu tidak akan leluasa menjalankan aksinya.

Pak Ramli tak kuasa melawan para BerUang, aku pun tak kuasa dan hanya bisa mendengarkan kisahnya kemudian berdoa semoga Yang Maha Kuasa menjaga si Pohon Sialang. Amin...

Minggu, 27 Juli 2014

Belajar Sejarah Batak

Pada bulan Mei 2014 aku berkesempatan mengunjungi Danau toba dan pulau Samosir, beruntung sekali rasanya bisa kedaerah yang penduduk aslinya bersuku Batak dan aku juga asli bersuku Batak.
Walaupun kedua orang tuaku lahir dan besar di daerah Toba namun aku baru sekali ini menginjakkan kaki di Danau toba dan Samosir karena aku lahir dan dibesarkan di Provinsi Riau, namun aku bisa berbicara dalam bahasa batak Toba.
Selama berkunjung disekitar danau toba, aku mengambil beberapa gambar namun mungkin hasilnya kurang bagus karena aku masih amatir dalam hal fotografi.
Aku mencoba mempelajari filosofi orang batak dan juga rumah adat batak atau ruma bolon, penjelasan mengenai rumah adat batak aku copy dari situs
Posisi ruma bolon menunjukan tentang kepercayaan suku ini yaitu banua ginjang (dunia atas), banua tonga (dunia tengah/bumi), dan banua toru (dunia bawah atau dunia makhluk halus)
Rumah adat Batak terdiri atas 2 bangunan utama yaitu ruma (tempat tinggal) dan sopo (lumbung padi). Letak keduanya saling berhadapan dipisahkan pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang kegiatan warganya.
Rumah adat ini berbentuk empat persegi panjang dengan denah dalamnya merupakan ruangan terbuka tanpa kamar atau pun sekat pemisah. Dahulu, sebuah rumah adat Batak berukuran besar (rumah bolon) dihuni 2 hingga 6 keluarga.

Rumah adat ini yang atapnya berbentuk segitiga dan bertingkat tiga. Amati bagaimana di setiap puncak dan segitiganya terdapat kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan bagi penghuni rumahnya. Ciri utama bagian atap yang berbentuk segitiga tersebut berbahan anyaman bambu (lambe-lambe). Biasanya lambe-lambe menjadi personifikasi sifat pemilik rumah tersebut yang ditandai dengan warna merah, putih dan hitam.

Perhatikan juga lekukan ketelitian dari ukiran tradisional di dinding rumah adat ini. Bagian luar dan depan rumah memuat ukiran yang dicat tiga warna yaitu merah-hitam-putih. Ukiran tersebut nyatanya penuh makna simbolik yang menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis budaya Batak. Di sebelah kiri dan kanan tiang rumah ada ukiran yang menggambarkan payudara sebagai lambang kesuburan (odap-odap). Ada juga ukiran cicak sebagai lambang penjaga dan pelindung rumah (boraspati).


Aku dan rombongan juga sempat ikut menari tor-tor bersama patung sigale-gale, patung sigale-gale menurut sejarah adalah patung yang pada awalnya dibuat menyerupai anak raja yang meninggal karena sakit. Sang raja yang sedih memerintahkan agar dibuatkan patung yang mirip dengan anaknya.Pada zaman dahulu apabila raja rindu anaknya maka akan diadakan ritual agar patung tersebut dimasuki roh dan bisa menari-nari bersama raja. Saat ini patung sigale-gale bisa menari karena digerakkan menggunakan tali dan bukan karena adanya roh yang merasukinya.
Selain menari bersama patung sigale-gale aku juga mengunjungi batu gantung yang menurut legenda batu tersebut adalah anak gadis bernama Seruni dan anjing kesayangannya bernama Toki. Seruni ingin bunuh diri karena dijodohkan orang tuanya dengan lelaki yang masih sepupunya, sementara itu Seruni telah mempunyai kekasih yang dicintainya.Konon katanya Seruni terperosok kedalam lubang besar dan gelap yang kemudian saat orang tuanya ingin menyelamatkannya terjadi gemuruh dan batu tersebut menghimpitnya, Seruni dan anjingnya menjadi batu yang tergantung tersebut.



Aku juga mengunjungi Istana maimun yang sangat terkenal, namun tidak terlalu lama berkeliling disana karena harus segera menuju Bandara Kuala Namu.




Bolu meranti, Bika ambon, roti kacang, roti ganda siantar, ikan asin dari danau toba menjadi oleh-oleh buat keluarga dirumah.

Senang rasanya bisa mengunjungi Danau Toba karena membuatku lebih mengenal suku batak.

Rabu, 12 Maret 2014

Potensi Madu Gunung Sahilan

Hari ini aku baru saja mengunjungi kelompok petani madu hutan di Desa Sahilan Darusalam, Kec. Gunung Sahilan Kabupaten Kampar, Riau.

Salah seorang petani madu bernama santo menceritakan bahwa kelompoknya memanen madu pohon sialang 3 Kali dalam seminggu, dalam kelompoknya terdiri dari 3 orang dengan masing-masing tugas:
1. Tukang Panjat atau yang disebut Juagan
2. Penarik tali/bintik
3. Pemeras

Kelompok petani madu berangkat kelokasi pohon sialang pada pukul 6.00 WIB dan baru kembali pulang pada pukul 14.00 Wib setiap kali panen.

Jenis pohon sialang diwilayah Gunung Sahilan antara lain Pohon rengas (Gluta renghas), Pohon Kempas (Koompassia malaccensis), Kayu batu (Homalium
tomentosum
) dan pohon jenis lain yang menjadi tempat bagi lebah membuat sarangnya.

Selain madu hutan, kelompok tani juga memproduksi lilin yang berasal dari sarang lebah dengan proses yang masih sangat sederhana. berikut adalah dokumentasi hasil kunjunganku kegunung sahilan.
Saat ini kelompok tani masih menjual madu hasil panen ke tengkulak dengan harga jual yang sangat murah, namun diharapkan kedepan kelompok dapat mengemas madu maupun lilin serta mendapatkan pasar untuk menjual produk mereka.